Tren Pertanian Organik Indonesia
Jika tahun 2010, Pupuk organik menjadi primadona dalam pemberitaan mengenai pertanian organik di berbagai media massa, di tahun 2011 ini pemberitaan mengenai gaya hidup, perkembangan dan bisnis organik telah banyak tercatat (55.56%). Diikuti oleh berita permasalahan/kebijakan pertanian organik di dalam negeri (11.11%), sisanya mengenai opini.
Pergeseran pemberitaan ini menunjukkan perkembangan kearah
kesadaran konsumen. Konsumen umumnya (39% dari survey Konsumen
2010 mengenal produk organik dari media, baik cetak maupun elektronik.
Namun rekan, keluarga juga menjadi sumber penyebaran informasi
produk organik.
Selain itu, Supermarket dan toko pun ternyata dapat menjadi media penyebaran informasi dan kampanye produk organik. Sebanyak 21% konsumen yang disurvey AOI menjawab mengenai produk organik dari pasar tersebut.
Saat Ini komoditas organik tidak lagi dikonsumsi oleh anak-anak, manula atau konsumen yang memiliki gangguan kesehatan saja, namun telah merambah ke berbagai kalangan. Semakin banyak konsumen yang menyadarl pentingnya kesehatan dan terjaganya kualitas lingkungan.
Konsumen semakin kritis dengan selalu melihat kandungan setiap produk, mencari tahu proses produksi dan menuntut informasi yang seluas-luasnya untuk produk yang mereka konsumsi.
Banyak konsumen yang makin teliti memilih produk, sebagai investasi untuk kesehatan dan lingkungan di masa depan. Kekritisan konsumen itu membuat para trader harus berusaha lebih kreatif. Banyak inovasi yang
diciptakan para trader ini, mulai dari membuat konsep one stop shoping, berbelanja langsung di kebun, menciptakan beragam produk olahan, berjualan dengan system online shop bahkan delivery service.
Liputan mengenai pertanian organik, mulai dari seputar produk, proses pengolahan, toko, resto, cara pembuatan produk olahan organik
, bahkan hingga liputan pembuatan mie organik mulai menghiasi stasiun televisi. Baik dalam hard news maupun liputan ringan. Tips-tips cara memilih produk organik yang tepat atau perbedaan organik dan konvensional banyak diangkat beberapa media cetak, seperti Kompas dan Media Indonesia.
Berbagai alasan konsumen memilih produk organik, menjadikan harga tidak lagi prioritas. Tingginya harga produk organik yang beredar di pasaran ternyata tidak menjadi masalah bagi sebagian besar konsumen. Sebanyak 55% konsumen menjawab tidak masalah dan wajar akan tingginya harga produk organik dibanding produk biasa.
Pergeseran jenis produk yang beredar di pasar nasional juga tampak. Terlihat dengan adanya perubahan jenis produk organik dari hasil kajian Perkembangan Pasar Organik-Studi Kasus Jakarta. Beras organik dan mie organik muncul dan mendominasi pasar-pasar mainstream, diikuti oleh telur. Sayuran pun tampak langka di pasar-pasar tersebut, padahal hasil kajian survey konsumen menunjukkan sayuran masih menjadi primadona konsumen. Asumsi bahwa produk organik yang tahan lama akan mendominasi pasar mainstream, masih bertahan tahun 2010 ini,
Lembaga Sertifikasi Internasional
Kesulitan pengumpulan data dari lembaga sertifikasi asing juga masih menjadi kendala, hal ini terkait dengan kebijakan internal masing-masing perusahaan dan belum adanya regulasi yang mengatur hal tersebut. Padahal luas area pertanian organik yang disertifikasi lembaga sertifikasi asing cukup tinggi., Dan tidak terdokumentasikannya data ini menyebabkan perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak dapat terukur secara menyeluruh.
Regulasi ini sebetulnya telah mulai dirumuskan dan diharapkan akan mulai terbit tahun 2010. Namun hingga awal tahun 2011, Regulasi mi belum terbit
Begitu juga dengan data ekspor dan impor produk organik. Sampai saat ini data tersebut masih belum dipisahkan dengan produk lain (konvensional). Di tahun selanjutnya diharapkan pemerintah mulai memberikan kode khusus bagi produk organik yang berbeda dengan produk konvensional.
Pergeseran pemberitaan ini menunjukkan perkembangan kearah
kesadaran konsumen. Konsumen umumnya (39% dari survey Konsumen
2010 mengenal produk organik dari media, baik cetak maupun elektronik.
Namun rekan, keluarga juga menjadi sumber penyebaran informasi
produk organik.
Selain itu, Supermarket dan toko pun ternyata dapat menjadi media penyebaran informasi dan kampanye produk organik. Sebanyak 21% konsumen yang disurvey AOI menjawab mengenai produk organik dari pasar tersebut.
Saat Ini komoditas organik tidak lagi dikonsumsi oleh anak-anak, manula atau konsumen yang memiliki gangguan kesehatan saja, namun telah merambah ke berbagai kalangan. Semakin banyak konsumen yang menyadarl pentingnya kesehatan dan terjaganya kualitas lingkungan.
Konsumen semakin kritis dengan selalu melihat kandungan setiap produk, mencari tahu proses produksi dan menuntut informasi yang seluas-luasnya untuk produk yang mereka konsumsi.
Banyak konsumen yang makin teliti memilih produk, sebagai investasi untuk kesehatan dan lingkungan di masa depan. Kekritisan konsumen itu membuat para trader harus berusaha lebih kreatif. Banyak inovasi yang
diciptakan para trader ini, mulai dari membuat konsep one stop shoping, berbelanja langsung di kebun, menciptakan beragam produk olahan, berjualan dengan system online shop bahkan delivery service.
Liputan mengenai pertanian organik, mulai dari seputar produk, proses pengolahan, toko, resto, cara pembuatan produk olahan organik
, bahkan hingga liputan pembuatan mie organik mulai menghiasi stasiun televisi. Baik dalam hard news maupun liputan ringan. Tips-tips cara memilih produk organik yang tepat atau perbedaan organik dan konvensional banyak diangkat beberapa media cetak, seperti Kompas dan Media Indonesia.
Berbagai alasan konsumen memilih produk organik, menjadikan harga tidak lagi prioritas. Tingginya harga produk organik yang beredar di pasaran ternyata tidak menjadi masalah bagi sebagian besar konsumen. Sebanyak 55% konsumen menjawab tidak masalah dan wajar akan tingginya harga produk organik dibanding produk biasa.
Pergeseran jenis produk yang beredar di pasar nasional juga tampak. Terlihat dengan adanya perubahan jenis produk organik dari hasil kajian Perkembangan Pasar Organik-Studi Kasus Jakarta. Beras organik dan mie organik muncul dan mendominasi pasar-pasar mainstream, diikuti oleh telur. Sayuran pun tampak langka di pasar-pasar tersebut, padahal hasil kajian survey konsumen menunjukkan sayuran masih menjadi primadona konsumen. Asumsi bahwa produk organik yang tahan lama akan mendominasi pasar mainstream, masih bertahan tahun 2010 ini,
Lembaga Sertifikasi Internasional
Kesulitan pengumpulan data dari lembaga sertifikasi asing juga masih menjadi kendala, hal ini terkait dengan kebijakan internal masing-masing perusahaan dan belum adanya regulasi yang mengatur hal tersebut. Padahal luas area pertanian organik yang disertifikasi lembaga sertifikasi asing cukup tinggi., Dan tidak terdokumentasikannya data ini menyebabkan perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak dapat terukur secara menyeluruh.
Regulasi ini sebetulnya telah mulai dirumuskan dan diharapkan akan mulai terbit tahun 2010. Namun hingga awal tahun 2011, Regulasi mi belum terbit
Begitu juga dengan data ekspor dan impor produk organik. Sampai saat ini data tersebut masih belum dipisahkan dengan produk lain (konvensional). Di tahun selanjutnya diharapkan pemerintah mulai memberikan kode khusus bagi produk organik yang berbeda dengan produk konvensional.
Sumber : http://www.mieorganik.com/2011/09/tren-pertanian-organik-indonesia.html#ixzz1fS6yiNy2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar